RADARKHATULISTIWA- Mahasiswa S2 Ilmu Kehutanan Universitas Tanjungpura (UNTAN) bersama Universiti Malaysia Sarawak (UNIMAS) dan masyarakat lokal, memperkenalkan teknik ecoprint—sebuah metode cetak alami dari tumbuhan. Kegiatan ini membuktikan bahwa konservasi bisa berjalan seiring dengan pemberdayaan ekonomi kreatif, sekaligus mendukung SDGs dan program FOLU Net Sink 2030 Indonesia.
Di bawah rindangnya hutan Bako, Sarawak, sebuah kolaborasi unik terjalin.
Mahasiswa S2 Ilmu Kehutanan Universitas Tanjungpura (UNTAN) bersama rekan-rekan dari Universiti Malaysia Sarawak (UNIMAS) dan masyarakat lokal Bako bergandeng tangan dalam sebuah kegiatan yang sederhana namun penuh makna: Ecoprint Training from Natural Plants.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) Global, yang menempatkan mahasiswa tidak hanya sebagai pembelajar di ruang kuliah, tetapi juga agen perubahan di lapangan. Melalui karya nyata ini, mahasiswa S2 Kehutanan UNTAN membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dapat berpadu dengan seni, tradisi, dan pemberdayaan masyarakat.
Ecoprint: Jejak Daun, Jejak Harapan
Ecoprint adalah teknik cetak alami menggunakan daun, bunga, dan bagian tanaman lain untuk menghasilkan motif pada kain, kertas, atau media lain. Tidak ada pewarna sintetis, tidak ada limbah beracun—hanya keindahan yang dipinjam dari alam.
Mengapa ecoprint penting?
- Ramah lingkungan – Tanpa pencemaran kimia.
- Pemberdayaan ekonomi – Potensi produk bernilai jual.
- Identitas lokal – Motif khas Borneo menjadi daya tarik budaya.
Dengan mengajarkan teknik ini kepada masyarakat Bako, mahasiswa S2 Kehutanan UNTAN tidak hanya membawa pengetahuan, tetapi juga membangun jembatan menuju kemandirian ekonomi kreatif berbasis sumber daya lokal.
Suasana Belajar Bersama di Bako
Foto-foto kegiatan memperlihatkan suasana hangat dan egaliter. Ibu-ibu Bako, mahasiswa, dan dosen duduk melingkar di atas tikar, memukul daun di atas kain putih hingga motif hijau tercetak jelas.
Generasi muda menata hasil kain bermotif menjadi busana sederhana: rok, selendang, hingga blus. Di halaman pusat edukasi Bako, kelompok besar memamerkan kain ecoprint hasil latihan. Motif coklat, merah, dan hijau menjadi bukti bahwa seni dan konservasi bisa berjalan beriringan.
Suara Mahasiswa, Suara Masyarakat
“Kami belajar tidak hanya tentang teknik ecoprint, tetapi juga bagaimana masyarakat lokal mengajarkan kami nilai kesabaran dan kebersamaan…”
— Mahasiswa S2 Ilmu Kehutanan UNTAN
“Selama ini kami tahu daun hanya untuk masakan atau obat tradisional. Tidak pernah terpikir bisa jadi kain yang cantik…”
— Ibu peserta pelatihan Bako
Testimoni ini menegaskan bahwa ecoprint bukan hanya keterampilan teknis, melainkan jembatan antara ilmu kampus dan kebutuhan masyarakat.
Mahasiswa S2 UNTAN: Agen Inovasi Hijau
Pesan utama kegiatan ini:
- Konservasi alam – Edukasi tentang pentingnya mangrove dan tumbuhan lokal.
- Peningkatan kesejahteraan – Transfer keterampilan ekonomi kreatif.
“Konservasi bukan hanya menjaga pohon, tetapi juga memberi peluang hidup yang lebih baik bagi komunitas sekitar.”
— Dosen pendamping UNTAN
Ekonomi Kreatif Hijau: Jalan Baru Pesisir
Ecoprint menjadi peluang baru bagi masyarakat pesisir Bako: souvenir eco-friendly, alternatif pendapatan, dan penopang pariwisata hijau. Di tengah ancaman degradasi, kegiatan ini menjadi bentuk konservasi aktif dan adaptif.
Kolaborasi Lintas Batas
Melalui BoSAN (Borneo Satellite Network), UNIMAS dan UNTAN menjalin kerjasama strategis dalam riset dan pemberdayaan. KKN Global ini menjadi diplomasi hijau berbasis aksi nyata, menghubungkan mahasiswa, akademisi, dan komunitas.
Jejak pada SDGs dan FOLU Net Sink
Kontribusi terhadap SDGs:
- SDG 12: Produksi berkelanjutan
- SDG 8: Pertumbuhan ekonomi
- SDG 13 & 15: Aksi iklim & pelestarian daratan
Selaras dengan program FOLU Net Sink 2030, kegiatan ini mendukung pengurangan emisi melalui pemanfaatan ekosistem pesisir secara lestari.
